Matahari pun ikut cemburu
Beberapa tahun lalu, tepatnya 5 tahun sebelum hari ini.
Matahari begitu terik pagi itu, cahayanya tajam menembus jendela kaca ruang
kelas dan seakan-akan hikmat mengikuti pelajaran fisika pagi itu. Berbeda
dengan cahaya matahari pagi itu yang tampak hikmat mengikuti pelajaran, aku
sendiri merasa bosan dengan pelajaran fisika karena setiap belajar aku tak
kunjung memahami setiap materi yang disampaikan guru. Dan tampaknya bukan aku
sendiri yang tak memahami apa itu partikel,resultan gaya, hukum newton ataupun
materi-materi lainnya yang bersangkutan dengan fisika. Mungkin fisika menjadi
pelajaran yang menarik bagi teman yang lainnya, tapi tidak bagiku. Beberapa
kali aku menguap, matapun semakin berat, seperti ada sesatu pemberat yang
bergelayut dibulu mataku. Ya, aku sangat bosan. Untunglahjam pelajaran hamper
habis dan bapak guru juga tampaknya sudah bosan dengan apa yang ia sampaikan.
Setengah hari berlalu, saatnya kami anak sekolahan pulang
meninggalkan kelas menuju rumah. Seperti hari-hari sebelumnya, aku selalu pergi
dan pukang sekolah bersama teman laki-laki ku karena kondisiku yang belum bias
mengendarai motor. Sebentar lagi akan diadakan ujian praktik, selanjutnya
tertulus, dan uan. Kami anak-anak sekolah berada di dalam kepusingan yang
teramat sangat, sampai-sampai ada beberapa murid yang rambutnya mulai merontok
karena sibuk memikirkan ujian tapi tidak ada tindakan sama sekali untuk
menghadapi ujian. Ntahlah, memusingkan.
Hari-hari berlalu, ketika hari H tiba teman-temanku tampak
lebih stres dari hari sebelumnya. Temanku yang sebelumnya mengalami kerontokan
rambut karena stres kini semakin parah, kulit kepalanya sudah mulai tampak,
rambutnya semakin menipis, yaa tampaknya dia gundul. Aku juga semakin stres
memikirkan ujian hari ini, tapi aku tetap stay cool karena aku yakin bisa
mengerjakan soal-soal ujian walaupun aku tidak sepintar teman-teman berprestasi
di kelasku.
Sukurlah tuhan membantuku saatujian berlangsung, walaupun
melalui teman sekelasku Deri. Dia sangat lihai dalam pelajaran, dan tempat
dudukku dengannya juga berdekatan sehingga dengan mudah aku bisa melihat semua
jawabannya tanpa ketahuan oleh guru pengawas.
Hari-hari berikutnya juga seperti itu, Deri selalu
membantuku dan seketika kami menjadi teman dekat. Dia sangat menolongku selama
ujian berlangsung.
Pada hari pengumuman tiba, aku sangat percaya diri kalau
kelak aku akan lulus, dan kenyataannya memnag seperti itulah, seluruh
teman-teman seangkatanku lulus. Dan aku mendapatakan nilai yang cukup baik,
walaupun tetap lebih baik nilai Deri. Tapi nasibku jauh lebih baik dari Deri,
karena beberapa hari setelah kelulusan aku langsung mendaftarkan diri iku ujian
SNMPTN, dan aku diterima, di PTN di daerah ku sedangkan Deri tidak, dia harus
menunggu pengumuman PPA dulu, dan itu masih 1 minggu lagi.
Aktifitasku kali ini tampaknya lebih menguras tenaga
dibandingkan ikut SNMPTN bulan lalu. Setelah lulus aku harus melakukan
registrasi, aku dating pada hari ketiga setelah pengumuman.dan sangat
mengejutkan, antrian untuk registrasi sangat panjang dan rumit. Belum lagi
kendala-kendala yang aku hadapi selama registrasi berlangsung, tapi untung lah
semua bisa terselesaikan. Sementara dua hari sebelumnya aku mn=endapatkan kabar
kalau Deri juga dierima di PTN yng sama denganku dan di prodi yang sama juga.
Pada hari PKK tiba, aku pergi ke kampus bersama Deri karena
kondisku sekarang masih sama seperti dulu, aku masih belum bisa mengendarai
kotor. PKK berlangsung tiga hari, mulai dari PKK universitas, BEM, dan prodi.
Sangat melelahkan 3 hari ini, karena PKK berlangsung pada bulan puasa dan
setiap harinya kami selalu pulang magrib. Tapi untungnya kuliah perdana
dilakukan setelah lebaran, sekitar dua bulan lagi, dan aku tidak sabar menunggu
hari itu.
Aku mulai aktif mengikuti perkuliahan, dan organisasi
bersama Deri. Tampaknya ini menjadi hal menarik dan berbeda 90 derajat dengan
di sekolah. Kakak tingkatku juga tampak mempesona, itulah salah satu alasanku
ingin bergabung di organisasi. Selain itu aku juga giat mengikuti
seminar-seminar. Namun, hanya satu seminar yang berbekas di hati dan ingatanku.
Saat itu aku mengikuti seminar di ruang aula rektorat, dan salah satu
narasumbernya benar-benar membuat aku luluh. Dari informasi yang aku dapatkan
ternyata ia adala salah satu mahasiswa PTN pulau sebrang dan ia juga menjadi
aktifis aktif membuka taman bacaan di daerahnya. Semenjak seminar waktu itu aku
jadi sering mengikuti seminar, apalagi saat ia yang menjadi narasumber.
Hal yang tak di sangka-sangka terjadi, yaapaginya aku dan Deri kembali mengikuti seminar di
gedung serba guna di kampusku, dengan narasumber yang benar-benar menjadi
idolaku. Seperti sebelumnya aku mengikuti jalannya seminar dengan sangat focus
samapai akhir, dan setelah selesai aku segera berlari ke toilet meninggalkan
Deri, dan saat aku keluar dari toilet aku melihatnya, orang yang sangat aku
idolakan, sngat dekat, sampai-sampai aku hamper menabraknya, sampai-samapai aku
hamper lunglai, sampai-sampai aku seakan-akan luluh di hadapannya. Ku
menatapnya denga canggung, dan tampak garisan senyum tergores di wajah
rupawannya, sangat indah. Aku mematung di hadapannya, dan seperti ada kata-kata
keluar dari bibirnya, tapi aku tak mendengarkan, aku masih terpaku diam
mematung. Dan untuk kedua kalinya ia berbicara ‘’ permisi mbak’’. Sadar dari
kebodohan yanga telah aku lakukan, akupun berjalan meninggalkannnya tanpa
senyum,itu membuatku menyesal, harusnya aku memberikan senyuman manis saat akan
pergi, tapi yasudahlah.
Prodiku juga giat mengadakan seminar, dank arena aku menjadi
salah satu anggota himpunan mahasiswa, aku sering mendapatkan tugas melobby
narasumber. Dan ya berkat usul dan usahaku, akhirnya pada seminar bulan depan
aku akan mengundang narasumber yang menjadi idolaku selama perkuliaha ini. Aku
mulai sering berhubungan dengannya baik via sms ataupun telpon. Dan pernah
suatu kali kali ngobrol di luar masalah undangan ataupu kegiatan seminar yang
akan dilakukan, tapi lebih bersifat pribadi dan itu membuka peluang yang besar
bagiku untuk mendekatkan diri dengannya.
Saat hari kedatangannya tiba, aku mencarter sebuah mobil
untuk menjemputnya di bandara, dan yaa ia masih sama seperti waktu pertama aku
melihatnya. Sepnjang jalan ia banyak bercerita, tentang kuliahnya yang telah
lama ia jalani namun tak kunjung selesai karena ia terlalu focus dengan
kegiatannya di luar perkulaihan, ia telah 7 tahun di PTN dan ia berencana
menyelesaikan sekripsinya pada tahun ini. Aku mencoba aktif menanggapi
pembicaraan agar tidak terjadi kecanggunan di antara kami.
Siang itu aku dan beberapa teman makan sian bersama,
benar-benar menyanangkan bisa makan siang bersama tokoh idola. Hubunganku
semakin dekat saja dengannya, dan suatu waktu ada kesempatan datang ke daerahku
dia menyempatkan waktu berkunjung kerumahku atau menemuiku di kampus. Mungkin
dia menaruh sedikit rasa kepadaku.
Sudah cukup lama aku mengenalnya, dan sekarang ia sudah
mnyelesaikan sekripsinya dan akan wisuda pada ekhir tahun ini. Itu menjadi
berita baik untukku. Dan informasi mengejutkan aku dengar dari bibrnya,
informasi itu membuat aku seolah-olah berhenti bernafas sejenak, informasi itu
membuat aku ingin langsung menutup telpon darinya. Tapi aku urungkan niat itu,
aku mencoba mendengar kabar yang pastinya menjadi sesuatu yang membahagiakan
untuknya. Setelah wisuda ia akan bertunangan dengan adik tingkatnya, hubungan
yang ia jalani baru tapi ia dan kekasihnya tak ingin berlama-lama pacaran, ia
hanya menunggu sampai kekasishnya menyelesaikan kuliahnya dan kemudian mereka
akan menikah. Aku benar-benar shock mndengarnya, padahal aku telah cukup lama
mengenalnya, dan ia sering menhghubungiku dan aku kira ia menaruh hati padaku
tapi nyatanya tidak. Sejak mendengar berita itu aku menjadi pasif
mengahadapinya, aku tak terlalu merespon cerita-ceritanya dan aku bahkan
sedikit menjauh.
Sedikit demi sedikit aku mulai melupaakn segala sesuatu
tentangnya, di kerap menghubungiku tapi aku tak terlalau meresponnya. Buka
kecewa atau patah hati, tapi aku hanya ingin menjaga jarak dan menjaga perasaan
calon istrinya. Aku mulai kembali sibuk denga kulaih ku, aku meninggalkan
organisasi dan mulai merencanakan judulu skripsiku. Aku berncana menyelesaikan
kuliah dalam rentan waktu 3 tahun 7 bulan. Jika ada waktu luang, aku mendatangi
pembimbung akademikku dan berkonsultasi dengannya.
Aku mulai sibuk dengan skripsiku. Tak lagi aku hiarukan seseorang
yang dulu benar-benar aku idolakan, juga tak lagi terdengar kabarnya, sekarang
aku mulai akrab dengan Deri, sebelumnya ia pernah beberapakali menyatakan
perasaannya padaku, tapi aku menolaknya. Hubungan pertemanan lebih menyenangkan
menurutku. Dan ia menanggapinya denagan sikap dewasa, ia tak pernah sekali-kali
menghindar dariku. Yaa Deri berbeda denganku, dan aku mulai menyadari betapa
kekanak-kanakannya aku ini. Disela waktuku, aku mencoba menhubunginya, aku
bertanya tentang kegiatannya, pekerjaannya aku juga banyak bercerita tentang
skripsiku yang hamper rampung. Aku mndengar sangat jelas suaranya, mungkin
ekspresinya saat ini sangat senang,dan ia berhenti sebentar mendehem. Ia mulai
bercerita tentang gagalnya rencana pertunangannnya karena sang kekasih yang
memutuskan hubungannya dengannya tanpa alasan yang jelas, dan dalam keadaan
yang seperti ini dia masih bisa bersukur karena hubungan yang ia jalani masih
singakat dan baru sedikit persentase cinta yang ia miliki. Ia menyampaikan
padaku jika minggu depan ia di undang menjadi narasumber di PTN ku dan ia
berencana menemuiku, akusedikit bimbang namun aku tetap mengiyakan rencananya.
Ujian skripsiku berjalan lancar, dan aku bisa wisuda pada
pertengahan tahun ini, bahagia sekali rasanya, aku masih duduk di bangku
dekanat depan prodiku, sambil bercanda gurai dengan teman-teman yang akan ujian
skripsi. Seseorang yang memanggil-manggilku dari arah kanan tak terlihat
wujudnya karena tertutup tiang. Siapa dia? Suara yang tak asing ditelingaku.
Aku berdiri dan mulai beranjak dari temapt dudukku. Hmm, dia. Hari ini seminggu
setelah aku menelponnya. Bagaimana ia tahu aku disini? Aku menghampirinya dan
tersenyum. Dia menjelaskan jika ia telah berkali-kali menelponku namun nomorku
selalu sibuk, dan ia berusaha mncari keberadaanku dari adik tingkatku, dan aku
akui ia sangat berani dan nekat.
Siang itu aku berjalan-jalan dengannya kami makan siang
bersama, menghabiskan waktu siang di time zone, dan sorenya kami menikmati
suasana pantai yang indah di sebelah barat. Sore itu aku menceritakan dengannya
proses ujian skripsiku yang menegangkan namun bisa aku kendalikan dengan baik
dan setelahnya kami terdiam untuk beberapa saat seakan kehabiasan bahan cerita.
Dan untuk kedua kalinya setelah beberpa bulan lalu sebelum ini aku kembali
mendengar ia mendehem. Kemudian mengalir cerita-ceritanya, aku terkejut dan tak
disangka-sangka, sungguh aku merasakan saat yang sama seperti beberapa bulan
lalu saat aku mendengar ia memberikan informasi yang tak pernah aku sangka
namun dengan objek yang berbeda. Ya, saat ini akulah objeknya, akulah yang
dicintainya, akulah yang ingin dilamarnya, dan aku seakan-akan luluh
mendengarnya.
Ia menyatakan cintanya sore itu, ia berniat melamarku dan
mempersuntingku saat aku telah siap nanti, dan tanpa piker panjang aku
mengiyakan tawarannya. Tapi tampaknya matahari sore itu cemburu mendengar
pernyataan cinta mass atria karena matahari sore itu buru-buru menutup matanya
dan pergi meningggalkan kami sore itu. Awan mulai gelap, kami segera berangsur
pergi meninggalkan pantai dengan sejuta cerita indah. Terima kasih kekasih ku,
mass atria. Semoga hubungan kita awet seperti hujan sore ini.
bagus, tpi banyak salah ketik,.. harus disunting lagi tuh kata2nya ^^v
BalasHapus