Rabu, 20 Februari 2013

CERPEN karya luciana lidya sari


Matahari pun ikut cemburu

Beberapa tahun lalu, tepatnya 5 tahun sebelum hari ini. Matahari begitu terik pagi itu, cahayanya tajam menembus jendela kaca ruang kelas dan seakan-akan hikmat mengikuti pelajaran fisika pagi itu. Berbeda dengan cahaya matahari pagi itu yang tampak hikmat mengikuti pelajaran, aku sendiri merasa bosan dengan pelajaran fisika karena setiap belajar aku tak kunjung memahami setiap materi yang disampaikan guru. Dan tampaknya bukan aku sendiri yang tak memahami apa itu partikel,resultan gaya, hukum newton ataupun materi-materi lainnya yang bersangkutan dengan fisika. Mungkin fisika menjadi pelajaran yang menarik bagi teman yang lainnya, tapi tidak bagiku. Beberapa kali aku menguap, matapun semakin berat, seperti ada sesatu pemberat yang bergelayut dibulu mataku. Ya, aku sangat bosan. Untunglahjam pelajaran hamper habis dan bapak guru juga tampaknya sudah bosan dengan apa yang ia sampaikan.
Setengah hari berlalu, saatnya kami anak sekolahan pulang meninggalkan kelas menuju rumah. Seperti hari-hari sebelumnya, aku selalu pergi dan pukang sekolah bersama teman laki-laki ku karena kondisiku yang belum bias mengendarai motor. Sebentar lagi akan diadakan ujian praktik, selanjutnya tertulus, dan uan. Kami anak-anak sekolah berada di dalam kepusingan yang teramat sangat, sampai-sampai ada beberapa murid yang rambutnya mulai merontok karena sibuk memikirkan ujian tapi tidak ada tindakan sama sekali untuk menghadapi ujian. Ntahlah, memusingkan.
Hari-hari berlalu, ketika hari H tiba teman-temanku tampak lebih stres dari hari sebelumnya. Temanku yang sebelumnya mengalami kerontokan rambut karena stres kini semakin parah, kulit kepalanya sudah mulai tampak, rambutnya semakin menipis, yaa tampaknya dia gundul. Aku juga semakin stres memikirkan ujian hari ini, tapi aku tetap stay cool karena aku yakin bisa mengerjakan soal-soal ujian walaupun aku tidak sepintar teman-teman berprestasi di kelasku.
Sukurlah tuhan membantuku saatujian berlangsung, walaupun melalui teman sekelasku Deri. Dia sangat lihai dalam pelajaran, dan tempat dudukku dengannya juga berdekatan sehingga dengan mudah aku bisa melihat semua jawabannya tanpa ketahuan oleh guru pengawas.
Hari-hari berikutnya juga seperti itu, Deri selalu membantuku dan seketika kami menjadi teman dekat. Dia sangat menolongku selama ujian berlangsung.
Pada hari pengumuman tiba, aku sangat percaya diri kalau kelak aku akan lulus, dan kenyataannya memnag seperti itulah, seluruh teman-teman seangkatanku lulus. Dan aku mendapatakan nilai yang cukup baik, walaupun tetap lebih baik nilai Deri. Tapi nasibku jauh lebih baik dari Deri, karena beberapa hari setelah kelulusan aku langsung mendaftarkan diri iku ujian SNMPTN, dan aku diterima, di PTN di daerah ku sedangkan Deri tidak, dia harus menunggu pengumuman PPA dulu, dan itu masih 1 minggu lagi.
Aktifitasku kali ini tampaknya lebih menguras tenaga dibandingkan ikut SNMPTN bulan lalu. Setelah lulus aku harus melakukan registrasi, aku dating pada hari ketiga setelah pengumuman.dan sangat mengejutkan, antrian untuk registrasi sangat panjang dan rumit. Belum lagi kendala-kendala yang aku hadapi selama registrasi berlangsung, tapi untung lah semua bisa terselesaikan. Sementara dua hari sebelumnya aku mn=endapatkan kabar kalau Deri juga dierima di PTN yng sama denganku dan di prodi yang sama juga.
Pada hari PKK tiba, aku pergi ke kampus bersama Deri karena kondisku sekarang masih sama seperti dulu, aku masih belum bisa mengendarai kotor. PKK berlangsung tiga hari, mulai dari PKK universitas, BEM, dan prodi. Sangat melelahkan 3 hari ini, karena PKK berlangsung pada bulan puasa dan setiap harinya kami selalu pulang magrib. Tapi untungnya kuliah perdana dilakukan setelah lebaran, sekitar dua bulan lagi, dan aku tidak sabar menunggu hari itu.

Aku mulai aktif mengikuti perkuliahan, dan organisasi bersama Deri. Tampaknya ini menjadi hal menarik dan berbeda 90 derajat dengan di sekolah. Kakak tingkatku juga tampak mempesona, itulah salah satu alasanku ingin bergabung di organisasi. Selain itu aku juga giat mengikuti seminar-seminar. Namun, hanya satu seminar yang berbekas di hati dan ingatanku. Saat itu aku mengikuti seminar di ruang aula rektorat, dan salah satu narasumbernya benar-benar membuat aku luluh. Dari informasi yang aku dapatkan ternyata ia adala salah satu mahasiswa PTN pulau sebrang dan ia juga menjadi aktifis aktif membuka taman bacaan di daerahnya. Semenjak seminar waktu itu aku jadi sering mengikuti seminar, apalagi saat ia yang menjadi narasumber.
Hal yang tak di sangka-sangka terjadi, yaapaginya  aku dan Deri kembali mengikuti seminar di gedung serba guna di kampusku, dengan narasumber yang benar-benar menjadi idolaku. Seperti sebelumnya aku mengikuti jalannya seminar dengan sangat focus samapai akhir, dan setelah selesai aku segera berlari ke toilet meninggalkan Deri, dan saat aku keluar dari toilet aku melihatnya, orang yang sangat aku idolakan, sngat dekat, sampai-sampai aku hamper menabraknya, sampai-samapai aku hamper lunglai, sampai-sampai aku seakan-akan luluh di hadapannya. Ku menatapnya denga canggung, dan tampak garisan senyum tergores di wajah rupawannya, sangat indah. Aku mematung di hadapannya, dan seperti ada kata-kata keluar dari bibirnya, tapi aku tak mendengarkan, aku masih terpaku diam mematung. Dan untuk kedua kalinya ia berbicara ‘’ permisi mbak’’. Sadar dari kebodohan yanga telah aku lakukan, akupun berjalan meninggalkannnya tanpa senyum,itu membuatku menyesal, harusnya aku memberikan senyuman manis saat akan pergi, tapi yasudahlah.
Prodiku juga giat mengadakan seminar, dank arena aku menjadi salah satu anggota himpunan mahasiswa, aku sering mendapatkan tugas melobby narasumber. Dan ya berkat usul dan usahaku, akhirnya pada seminar bulan depan aku akan mengundang narasumber yang menjadi idolaku selama perkuliaha ini. Aku mulai sering berhubungan dengannya baik via sms ataupun telpon. Dan pernah suatu kali kali ngobrol di luar masalah undangan ataupu kegiatan seminar yang akan dilakukan, tapi lebih bersifat pribadi dan itu membuka peluang yang besar bagiku untuk mendekatkan diri dengannya.
Saat hari kedatangannya tiba, aku mencarter sebuah mobil untuk menjemputnya di bandara, dan yaa ia masih sama seperti waktu pertama aku melihatnya. Sepnjang jalan ia banyak bercerita, tentang kuliahnya yang telah lama ia jalani namun tak kunjung selesai karena ia terlalu focus dengan kegiatannya di luar perkulaihan, ia telah 7 tahun di PTN dan ia berencana menyelesaikan sekripsinya pada tahun ini. Aku mencoba aktif menanggapi pembicaraan agar tidak terjadi kecanggunan di antara kami.
Siang itu aku dan beberapa teman makan sian bersama, benar-benar menyanangkan bisa makan siang bersama tokoh idola. Hubunganku semakin dekat saja dengannya, dan suatu waktu ada kesempatan datang ke daerahku dia menyempatkan waktu berkunjung kerumahku atau menemuiku di kampus. Mungkin dia menaruh sedikit rasa kepadaku.
Sudah cukup lama aku mengenalnya, dan sekarang ia sudah mnyelesaikan sekripsinya dan akan wisuda pada ekhir tahun ini. Itu menjadi berita baik untukku. Dan informasi mengejutkan aku dengar dari bibrnya, informasi itu membuat aku seolah-olah berhenti bernafas sejenak, informasi itu membuat aku ingin langsung menutup telpon darinya. Tapi aku urungkan niat itu, aku mencoba mendengar kabar yang pastinya menjadi sesuatu yang membahagiakan untuknya. Setelah wisuda ia akan bertunangan dengan adik tingkatnya, hubungan yang ia jalani baru tapi ia dan kekasihnya tak ingin berlama-lama pacaran, ia hanya menunggu sampai kekasishnya menyelesaikan kuliahnya dan kemudian mereka akan menikah. Aku benar-benar shock mndengarnya, padahal aku telah cukup lama mengenalnya, dan ia sering menhghubungiku dan aku kira ia menaruh hati padaku tapi nyatanya tidak. Sejak mendengar berita itu aku menjadi pasif mengahadapinya, aku tak terlalu merespon cerita-ceritanya dan aku bahkan sedikit menjauh.
Sedikit demi sedikit aku mulai melupaakn segala sesuatu tentangnya, di kerap menghubungiku tapi aku tak terlalau meresponnya. Buka kecewa atau patah hati, tapi aku hanya ingin menjaga jarak dan menjaga perasaan calon istrinya. Aku mulai kembali sibuk denga kulaih ku, aku meninggalkan organisasi dan mulai merencanakan judulu skripsiku. Aku berncana menyelesaikan kuliah dalam rentan waktu 3 tahun 7 bulan. Jika ada waktu luang, aku mendatangi pembimbung akademikku dan berkonsultasi dengannya.
Aku mulai sibuk dengan skripsiku. Tak lagi aku hiarukan seseorang yang dulu benar-benar aku idolakan, juga tak lagi terdengar kabarnya, sekarang aku mulai akrab dengan Deri, sebelumnya ia pernah beberapakali menyatakan perasaannya padaku, tapi aku menolaknya. Hubungan pertemanan lebih menyenangkan menurutku. Dan ia menanggapinya denagan sikap dewasa, ia tak pernah sekali-kali menghindar dariku. Yaa Deri berbeda denganku, dan aku mulai menyadari betapa kekanak-kanakannya aku ini. Disela waktuku, aku mencoba menhubunginya, aku bertanya tentang kegiatannya, pekerjaannya aku juga banyak bercerita tentang skripsiku yang hamper rampung. Aku mndengar sangat jelas suaranya, mungkin ekspresinya saat ini sangat senang,dan ia berhenti sebentar mendehem. Ia mulai bercerita tentang gagalnya rencana pertunangannnya karena sang kekasih yang memutuskan hubungannya dengannya tanpa alasan yang jelas, dan dalam keadaan yang seperti ini dia masih bisa bersukur karena hubungan yang ia jalani masih singakat dan baru sedikit persentase cinta yang ia miliki. Ia menyampaikan padaku jika minggu depan ia di undang menjadi narasumber di PTN ku dan ia berencana menemuiku, akusedikit bimbang namun aku tetap mengiyakan rencananya.
Ujian skripsiku berjalan lancar, dan aku bisa wisuda pada pertengahan tahun ini, bahagia sekali rasanya, aku masih duduk di bangku dekanat depan prodiku, sambil bercanda gurai dengan teman-teman yang akan ujian skripsi. Seseorang yang memanggil-manggilku dari arah kanan tak terlihat wujudnya karena tertutup tiang. Siapa dia? Suara yang tak asing ditelingaku. Aku berdiri dan mulai beranjak dari temapt dudukku. Hmm, dia. Hari ini seminggu setelah aku menelponnya. Bagaimana ia tahu aku disini? Aku menghampirinya dan tersenyum. Dia menjelaskan jika ia telah berkali-kali menelponku namun nomorku selalu sibuk, dan ia berusaha mncari keberadaanku dari adik tingkatku, dan aku akui ia sangat berani dan nekat.
Siang itu aku berjalan-jalan dengannya kami makan siang bersama, menghabiskan waktu siang di time zone, dan sorenya kami menikmati suasana pantai yang indah di sebelah barat. Sore itu aku menceritakan dengannya proses ujian skripsiku yang menegangkan namun bisa aku kendalikan dengan baik dan setelahnya kami terdiam untuk beberapa saat seakan kehabiasan bahan cerita. Dan untuk kedua kalinya setelah beberpa bulan lalu sebelum ini aku kembali mendengar ia mendehem. Kemudian mengalir cerita-ceritanya, aku terkejut dan tak disangka-sangka, sungguh aku merasakan saat yang sama seperti beberapa bulan lalu saat aku mendengar ia memberikan informasi yang tak pernah aku sangka namun dengan objek yang berbeda. Ya, saat ini akulah objeknya, akulah yang dicintainya, akulah yang ingin dilamarnya, dan aku seakan-akan luluh mendengarnya.
Ia menyatakan cintanya sore itu, ia berniat melamarku dan mempersuntingku saat aku telah siap nanti, dan tanpa piker panjang aku mengiyakan tawarannya. Tapi tampaknya matahari sore itu cemburu mendengar pernyataan cinta mass atria karena matahari sore itu buru-buru menutup matanya dan pergi meningggalkan kami sore itu. Awan mulai gelap, kami segera berangsur pergi meninggalkan pantai dengan sejuta cerita indah. Terima kasih kekasih ku, mass atria. Semoga hubungan kita awet seperti hujan sore ini.

1 komentar:

  1. bagus, tpi banyak salah ketik,.. harus disunting lagi tuh kata2nya ^^v

    BalasHapus